Anak Didandani Agar Tampil Stylish sedang Trend saat ini. Tapi Harus Pahami Hal-hal ini karena Anak bukanlah miniatur orang tua
Belakangan di social media, banyak beredar photo anak-anak yang tampil stylish meski usianya belum mencapai sekolah dasar. Kehadiran foto para cilik ini tak lain karena peran orangtua mereka yang mengunggah gambar-gambar tersebut.
Anak bukanlah miniatur orangtua. Perlakukanlah mereka layaknya anak-anak pada umumnya.
Psikolog anak Ratih Ibrahim, MM Psi seperti dukif dari Wolipop.com, mengatakan anak bukanlah miniatur orangtua. Sehingga perlakukanlah mereka layaknya anak-anak pada umumnya. Meski mendidik dan mengajarkan anak merupakan proses pemaparan tentang dunia orang dewasa, tetapi sebaiknya janganlah mengubah anak berperilaku seperti orang dewasa.
Dalam hal berpakaian misalnya, Ratih setuju bahwa anak-anak bisa bergaya modis sesuai dengan usianya. “Kalau dia stylish sebagai anak kecil, saya rasa itu sah-sah saja. Tapi kalau si anak kecil ini didandani seperti orang dewasa, saya tidak setuju. Itu salah kaprah,” jelas Psikolog anak Ratih Ibrahim.
Orang tua Jangan Hanya Sekedar ikut-ikutan Trend, Pikirkan Dampaknya pada Anak.
Menjamurnya fenomena anak stylish ini dikarenakan banyaknya orang tua yang hanya sekedar ikut-ikutan tren. Apa yang dilihat oleh orangtua akan mempengaruhi pola pikirnya. Melihat tren yang sedang berkembang di sekitarnya, para orangtua ingin buru-buru menerapkannya kepada anak.
“Tapi mereka belum memikirkan dampak yang akan dialaminya ketika sudah dewasa. Misalnya, sering berdandan stylish, dikhawatirkan si anak akan jadi konsumtif saat mereka dewasa. Minta apapun harus dituruti,” kata Psikolog anak Ratih Ibrahim. .
Agar anak tidak menjadi konsumtif, Anak tidak melulu memakaikan anak busana serba branded.
Jika orangtua tidak sadar, ketika mereka terus-menerus mendadani anak dengan aneka busana apalagi yang selalu baru, hal tersebut bisa memicu perilaku konsumtif anak di masa depan. Anak dapat terus menuntut agar permintaannya dituruti.
“Kadang anak sudah jadi kenal merek. Kalau nggak merek A dia nggak mau. Hal seperti ini seharusnya diatasi dan dihindari,” ujar Psikolog Efnie Indiranie, M.Psi seperti dikutif dari wolipop.com
Agar anak tidak menjadi konsumtif, Efnie menyarankan pada para orangtua untuk tidak melulu memakaikan anak busana serba branded. Ajari juga anak untuk memadupadankan berbagai baju lamanya. Dengan cara tersebut ibu dan anak sama-sama bisa mengasah kreativitas.
Membuat Anak kehilangan Jati dirinya dan Menjadi Pribadi yang Dibentuk oleh orang tua.
Perilaku orangtua yang mendandani anaknya secara berlebihan di luar usia yang sesungguhnya. Hal ini justru akan membuat sang anak kehilangan jati dirinya dan dia akan menjadi pribadi yang dibentuk oleh orangtua.
“Ini yang bahaya kan. Bahwa ketika anak menjadi pribadi bentukan ibunya dan ketika figur ibu ini hilang, dia akan goyah. Ketika dia goyah ini akan menjadi titik awal permasalahan-permasalahan. Jadi kalau mau didandani secukupnya saja,” jelas Psikolog Efnie Indiranie, M.Psi
Mendandani buah hati memang merupakan naluri para orang tua. Tapi Jangan berlebihan.
Mendandani buah hati memang merupakan naluri para orangtua. Tetapi ada beberapa hal yang sebaiknya tidak dilakukan secara berlebihan. Mendandani anak agar terlihat modis juga harus dilakukan secara sederhana.
“Yang orangtua pikirkan tentang konsep sederhana itu diidentikkan dengan dandan seadanya, tidak terawat, kusam, dan tidak rapih. Salah, bukan begitu. Kalau kebersihan, kesehatan, dan kerapihan dijaga, itu sebenarnya juga sudah cukup,” pungkas Psikolog anak Ratih Ibrahim.
Pikir Dua Kali Sebelum Unggah Foto, Jangan sampai foto tersebut justru menimbulkan bullying pada anak.
Para orangtua untuk memperhatikan dulu foto anak seperti apa yang akan mereka unggah ke situs jejaring sosial. Jangan sampai foto tersebut justru menimbulkan bullying pada anak. Sebaiknya frekuensi mengunggah foto anak ini juga tidak terlalu sering agar tidak terkesan mengeksploitasi sang buah hati.
Kadang ada momen tertentu yang menurut orangtua lucu, tapi pada anak tertentu yang sudah berumur tujuh tahun mulai kenal gengsi. Ketika dia tahu ibunya posting foto ke media sosial, itu akan menjadi satu hal yang membuat dia malu dan bisa menurunkan konsep harga diri dia.
Dunia anak merupakan Galasi yang penuh warna, busananya harus sesuai dengan usia dan karakter mereka.
Lala Sirait, seorang fashion stylist untuk busana anak, seperti dikutif dari kompas.com menyatakan bahwa dunia anak merupakan galaksi yang penuh warna, keceriaan, dan kegembiraan. Oleh karena itu, busana ataupun aksesori yang dikenakan anak harus sesuai dengan usia dan karakter mereka, jangan sampai terlihat tua seperti orang dewasa.
Sebelum memilih busana anak, sebaiknya orangtua memperhatikan warna, model, dan materialnya.
Beberapa faktor yang sebaiknya diperhatikan orangtua dalam memilih busana untuk anak antara lain warna, model, dan materialnya. Sebab, kenyataannya banyak busana anak yang terinspirasi dari tren mode orang dewasa, terkadang materialnya pun tidak memperhatikan kenyamanan anak.
“Kalau untuk anak, kita harus ingat bahwa anak adalah anak. Karakter anak adalah ceria, fun, dan energik. Pemilihan warnanya pun harus warna-warna yang fun, warna-warna yang cerah,” tutur Lala Sirait.
Memilih busana untuk anak-anak, orangtua harus cermat memilih material yang sesuai dengan aktivitas anak.
Lala menjelaskan, dalam memilih busana untuk anak-anak, orangtua harus cermat memilih material yang sesuai dengan aktivitas anak. Tujuannya agar anak tetap merasa nyaman dan terhindar dari iritasi maupun gatal lantaran material yang keras atau kasar. Busana yang nyaman dan aman adalah faktor utama yang harus dipertimbangkan oleh orangtua.
“Jangan demi fashion kita pilih bahan lace yang tidak dilapisi dan kasar, yang akan membuat gatal. Busana yang tidak nyaman akan berpengaruh ke mood mereka. Mereka jadi cranky. Pastikan kenyamanan adalah yang utama,” ujar Lala