Recents in Beach

Kegunaan dan Posisi SEABUCKTHORN dalam pengobatan TIBET Dan MONGOLIA

Kegunaan Seabuckthorn umumnya digunakan sebagai obat sejak zaman kuno Tibet – Mongolia. Pada abad ke-12, dokter terkemuka di Tibet, Yuthog Nyingma Yönten Gönpo pergi ke sekitar Tibet untuk mengoleksi resep obat dari masyarakat sekitar, lalu melakukan penelitian dengan didasarkan oleh buku yang berjudul “Yue Wang Yao Zhen” (juga bisa diterjemahkan sebagai "Yi Fa Yue Wang Lun");


Ia juga pergi ke Nepal, India dan negara-negara lain untuk mempelajari pengetahuan medis, menyerap budaya medis lainnya, lalu menulis sebuah buku klasik medis Tibet yang terkenal yang berjudul "Si Bu Yi Dian". “Si Bu Yi Dian” atau “The Four Tantras” terdiri atas 4 volume dan 156 bab. 30 bab diantaranya menjelaskan peran seabuckthorn terhadap kesehatan manusia secara lebih rinci, contohnya seperti efek seabuckthorn pada sistem pernafasan akibat dari paru ekspektoran; koordinasi terhadap hati, lambung, limpa, ginjal dan jantung agar berfungsi secara seimbang; cara meningkatkan regenerasi penyembuhan terhadap trauma rasa sakit; penyebab darah statis pada sistem peredaran darah. Pada buku ini, dituliskan 84 jenis resep seabuckthorn.


Pada abad ke-13, Kaisar pemerintahan Yuan yaitu Kubilai, setelah mengikuti kepercayaan Buddha Lamaist, ajaran "Si Bu Yi Dian" juga ikut masuk ke Mongolia melalui Lamaist, seabuckthorn juga mulai digunakan dalam pengobatan di Mongolia. Pada tahun 1840 M, muncul buku Tibet klasik yang berasal dari ukiran kayu berjudul "Jing Zhu Ben Cao" (Crystal Beads Materia Medica) pada buku itu dituliskan bahwa "krim seabuckthorn menyembuhkan penyakit, membasmi tumor”;

"buah seabuckthorn membasmi kanker paru-paru, darah, dan lambung"; "bermanfaat dalam penyembuhan berbagai penyakit"; dll. Pada abad ke-17, Sekretaris pertama - Sanggyai Gyatso (1653-1705) menulis buku berjudul "The Blue Beryl Treatise" (disebut sebagai "Lan Bo Li"), buku ini dibuat di Tibet pada tahun 1689. Buku ini adalah catatan “standar” dari "Si Bu Yi Dian" yang dimuat sebagai suatu kehormatan bagi para sarjana Tibet untuk generasi yang mendatang. Hal ini tidak hanya berperan besar dalam mengembangkan pengobatan Tibet dan juga sudah di publikasikan di bagian Barat.

Setelah itu, muncul banyak artikel tentang “Si Bu Yi Dian” dalam bahasa Inggris, seperti "Komentar Pada Tesis Utama di Tibet", "Makalah Farmakognosi dan Farmakologi Tibet", "Analisa Pengobatan Tibet" dan artikel lainnya. Sejak tahun 1688, telah ada lebih dari 40 sarjana Inggris, Hungaria, Jerman, Italia, Swedia, Uni Soviet, Jepang dan negara-negara lain yang melakukan penelitian dan terjemahan terhadap "Si Bu Yi Dian", lalu membentuk organisasi akademik internasional bernama “Sándor Korosi Csoma” untuk melakukan penelitian dalam buku tersebut.

Pada zaman Dinasti Qing (1821-1850), pelajar Mongolia bernama Lobsang Chopel memuat buku yang berjudul "Selected Tibetan Medicine", 1 buku itu terdiri atas 120 lembar. 3 lembar diantaranya ada yang mencatat tentang sifat dan efek obat seabuckthorn secara klinis; didalamnya juga tercatat 37 resep ekstrak seabuckthorn dan juga menjelaskan secara detail efek seabuckthorn terhadap pengobatan penyakit lambung, jantung, limpa, usus, pembengkakan hati dan penyakit ginekologi.
Dengan adanya catatan sejarah seperti ini, dapat diketahui bahwa pengobatan Tibet dari 1200 tahun yang lalu sudah menggunakan seabuckthon sebagai bagian dari obat.

Setelah itu, mereka melakukan berbagai percobaan reproduksi untuk mengolah dan mengumpulkan jenis-jenis serta bentuk seabuckthorn lainnya. Melalui praktek klinis yang memakan waktu yang cukup lama telah berhasil menyimpulkan berbagai pengalaman pengobatan yang berlimpah.

Penggunaan seabuckthorn dalam pengobatan Tibet merupakan awal perkenalan dan pemahaman manusia terhadap seabuckthorn, hal tersebut merupakan harta tak bernilai yang diberikan alam kepada manusia. Pada tahun 1977, untuk meyakinkan fungsi seabuckthorn kepada masyarakat, Departemen Kesehatan China resmi memasukkan seabuckthorn ke dalam “Farmakope Republik Rakyat China”. Penelitian seabuckthorn secara besar-besaran dimulai dari awal tahun 1960-an. Sichuan School of Medicine China sejak tahun 1950-an mulai melakukan penelitian biokimia seabuckthorn. Pada tahun 1980, banyak unit peneliti dan medis dari China melakukan studi medis terhadap seabuckthorn. Pada penelitian medis Seabuckthorn di Uni Soviet, ada 46 unit medis dan ribuan peneliti yang ikut serta dalam proyek besar ini, dan hasilnya sangat memuaskan.

Sejumlah penelitian menemukan bahwa buah seabuckthorn mengandung lebih dari 190 macam zat bioaktif, minyak seabuckthorn (minyak buah) juga ditemukan memiliki 103 macam zat aktif (6 jenis vitamin yang larut dalam lemak, 22 jenis asam lemak, 42 jenis lipid, flavonoid , dan 33 jenis fenol). Ilmuwan medis Uni Soviet percaya bahwa seabuckthorn adalah tanaman unik karena mengandung banyak sumber vitamin seperti vitamin A (karotenoid, terutama β- karoten), vitamin C, vitamin E, vitamin K1, vitamin B1, vitamin B2, flavonoid, dan asarm folat. Juga mengandung beberapa zat aktif biologis lainnya, seperti sitosterol, triterpen, asam lemak, zat tannin, karbohidrat, serotonin, dan coumarin hidroksi.

Yang bermanfaat bagi tubuh manusia bukan hanya vitamin yang terkandung dalam Seabuckthorn, tetapi masih banyak zat lain yang memiliki efek kesehatan bagi tubuh manusia. Contohnya inklusi hydroxycoumarin yang dapat mengurangi pembekuan darah dan menghambat pembentukan bekuan darah; flebitis emboli, asam triterpen dan alkohol dapat merangsang triterpenoid aktivitas jantung; sitosterol dapat digabungkan bersama-sama dengan makanan berkolesterol agar dapat mencegah terjadinya aterosklerosis; Karoten Î’- terlibat dalam serangkaian proses biokimia dalam tubuh manusia yang berperan penting untuk menjaga kekebalan tubuh dan sebagai zat anti-tumor; rosin asam oleat tidak hanya dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia, juga dapat mengobati jerawat vulgaris dan psoriasis pada remaja.

Setelah melalui berbagai percobaan medis, Uni Soviet sepakat bahwa minyak seabuckthorn adalah satu-satunya analgesik alami yang dapat mempercepat regenerasi jaringan. Dengan begitu, sangat ampuh digunakan untuk pengobatan luka bakar, dan penyakit kulit lainnya, juga bisa digunakan untuk mengobati penyakit pencernaan, varises, dan bahkan pengobatan kanker, serta remisi aterosklerosis.

Senyawa fenolik dari seabuckthorn memiliki efek antioksidan, dan bisa membuat zat bioaktif lainnya agar tetap mempertahankan aktivitasnya, juga memiliki efek anti-tumor dan anti-radiasi organik. Lainnya masih ada anthocyanin, catechin, lignin juga berperan sebagai anti-tumor dan anti-radiasi. Kulit seabuckthorn mengandung serotonin, zat paling langka yang dimiliki tanaman, ia mampu berfungsi sebagai neurotransmitter dalam keadaan bebas maupun dalam bentuk kimia dan memiliki peran penting pada tekanan darah, suhu tubuh, tubuh, hormon, dll pada manusia. Selain itu, juga memiliki efek anti-radiasi, anti-infeksi, anti-kanker, dan dapat mempercepat fibrinogen menjadi fibrin, serta membantu melancarkan peredaran darah dan sebagainya.