“Jika membelinya, berarti secara ekonomi Anda mendukung pendudukan Israel di tanah Palestina,” Demikian pernyataan kelompok tersebut dalam halaman resmi website mereka.
Selama ini Israel memproduksi 30 ribu ton kurma per tahun dan mengeruk pendapatan dari ekspor kurma tersebut hingga USD 265 juta (sekitar Rp 3,5 triliun). Lebih dari separonya diproduksi di tanah-tanah yang dicuri dari Palestina. Perkebunan kurma Israel yang paling besar berada di Lembah Jordan. Lembah itu merupakan area paling subur di Tepi Barat, Palestina. Banyak perkebunan kurma ilegal serta permukiman penduduk Israel yang ditemukan di situ.Termasuk Merek Medjool produk Israel
Bukan hanya tanah tempat tumbuhnya kurma itu yang bermasalah. Israel juga mempekerjakan bocah-bocah Palestina. Berdasar laporan pengamat HAM 2015 tentang pekerja anak di perkebunan Israel yang berada di Tepi Barat, lebih dari seribu anak Palestina bekerja di perkebunan. Biasanya mereka bekerja saat panen pada musim panas.
Anak-anak paling kecil yang dipekerjakan berusia 11 tahun. Mereka harus meninggalkan sekolah, dibayar dengan gaji rendah, serta menjalani pekerjaan yang penuh risiko.
Biasanya anak-anak itu bekerja di bawah terik sinar matahari, membawa berkarung-karung kurma, dan dilarang ke kamar mandi. Parahnya, kala mereka sakit, pemilik kebun tak mau menanggung. Anak-anak itu harus membayar sendiri dari gajinya yang rendah. Gaji mereka biasanya juga dipotong oleh perantara.
Selain kelompok Kampanye Solidaritas Palestina, empat tahun belakangan ini organisasi Muslim Amerika untuk Palestina (AMP) memboikot kurma-kurma Israel yang dihasilkan di Tepi Barat. Beberapa label kurma yang dihasilkan Israel adalah Jordan River, Jordan River Bio-Top, King Soloman, Tamara Barhi Dates, Desert Diamond, Rapunzel, Bomaja, Shams, dan Delilah.
“Tujuan kami adalah mengedukasi masyarakat agar meningkatkan kepekaan tentang bagaimana pendudukan Israel berdampak pada Palestina,” ujar Direktur Nasional Media dan Komunikasi AMP Kristin Szremski.[zk/knrp]
Sumber : Via pkspiyungan.org