MU’ADZ r.a bertanya kepada Nabi Saw., “Ya Rasulallah, bagaimana pandangan Rasul tentang ayat ini?” (Yauma yunfakhu fis-shuuri fata’tuuna afwaajaa).
Nabi menjawab, “wahai Mu’adz, sesungguhnya engkau telah bertanya tentang sesuatu yang hebat, yang mendebarkan hati,” kemudian beliau (Rasul) mengedipkan matanya dengan mencucurkan air mata lalu bersabda, “Sepuluh golongan dari umatku dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan yang berbeda. Allah akan memisah-misahkan mereka dari golongan muslim dan akan menampakkan bentuk mereka sesuai dengan amalnya di dunia. Di antara mereka ada yang berwujud kera. Ada yang berwujud babi. Ada yang berjalan jungkir balik, ada yang buta, ada yang tuli dan bisu dan tidak berakal, ada yang lidahnya panjang sampai ke dadanya, ada yang mengalirkan nanah dari mulutnya, ada yang tangan dan kakinya dipotong-potong, ada yang disalib di atas pelepah pohon neraka, ada yang bau busuk tubuhnya seperti bangkai dan ada yang diselimuti api neraka.
Mereka yang berwajah kera adalah orang-orang yang di dunianya suka melanggar hukum-hukum Allah. Yang berwajah babi adalah pemakan barang yang haram dan berusaha dengan cara yang haram. Yang jalannya jungkir balik adalah rentenir (pemakan riba). Yang buta adalah orang yang suka zalim dalam menegakkan hukum. Orang yang tuli dan bisu yaitu orang yang ujub dengan amalnya. Orang yang menggunting lidahnya yang panjang sampai ke dada adalah ulama yang ucapannya bertolak belakang dengan amalnya. Orang yang mengguntingi tangan dan kakinya adalah orang-orang yang suka menyakiti tetangganya. Orang-orang yang disalib di atas dahan pohon kayu neraka adalah orang yang suka melaporkan kesalahan orang lain kepada penguasa yang bukan haknya (karena iri dan sebagainya). Orang yang tubuhnya berbau busuk melebihi bangkai ialah orang-orang yang suka mengikuti kehendak hawa nafsunya (berzina). Adapun orang yang berjilbab cairan api neraka adalah orang yang suka takabur dan sombong.” (HR. Kurthubi).
Semoga kita tidak termasuk ke dalam 10 golongan tersebut. Aamiin.
Sumber: Terjemah Nashaihul Ibad